1. Salah satu nama Allah adalah ar-Rahman yang disebut dalam al-Qur’an sebanyak 57 kali dan ar-Rahim yang disebut dalam al-Qur’an sebanyak 114 kali yang kedua nama tersebut diambil dari kata rahmat yang berarti bahwa Allah sangat sayang kepada semua hamba-Nya secara umum dan kepada orang-orang yang beriman secara khusus. Tidak ada kenikmatan di dunia ini yang kita rasakan kecuali sebagai bukti akan rahmat Allah.
2. Al-Qur’an berisi rahmat, sebagaimana firman Allah:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ ٱلْكِتَـٰبَ تِبْيَـٰنًۭا لِّكُلِّ شَىْءٍۢ وَهُدًۭى وَرَحْمَةًۭ وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ ﴿٨٩﴾
“Dan Kami turunkan kepadamu
al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS an-Nahl [16]: 89)Allah juga berfirman:
طه ﴿١﴾ مَآ أَنزَلْنَا عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لِتَشْقَىٰٓ ﴿٢
“Thaahaa. Kami tidak menurunkan al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (QS Thaahaa [20]: 1–2)Imam Qatadah Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Demi Allah, tidaklah Allah menjadikan al-Qur’an untuk kesusahan, melainkan sebagai rahmat, cahaya, dan petunjuk menuju surga.”
Hal itu karena al-Qur’an berisi ajaran-ajaran yang indah baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, ekonomi, politik, sosial, dan semua kebutuhan hamba.
3. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah rahmat bagi alam semesta, sebagaimana firman-Nya:
وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ ﴿١٠٧
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS al-Anbiyaa’ [21]: 107)لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌۭ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌۭ رَّحِيمٌۭ ﴿١٢٨
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS at-Taubah [9]: 128)
4. Syari’at Islam dibangun di atas kasih sayang, karena bersifat mudah dan tidak ada kesulitan di dalamnya. Bahkan Islam menganjurkan kepada umat untuk bersifat rahmat terhadap semua makhluk.
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوْا مَنْ فيِ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فيِ السَّمَاءِ
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda, “Orang-orang yang pengasih itu dikasihi oleh Zat Yang Maha
Pengasih. Sayangilah makhluk yang ada di atas bumi, niscaya kalian akan
disayangi oleh Zat yang berada di atas langit.”Perintah “mengasihi” ini adalah umum, mencakup seluruh manusia, bahkan binatang juga. Allahu Akbar, kalau Islam begitu menghormati menyayangi binatang, lantas bagaimana mungkin tidak menyayangi manusia?!
Demikianlah bukti-bukti yang menunjukkan keindahan agama Islam dan bahwasanya ia adalah agama yang kasih sayang bagi alam semesta.
Jama’ah shalat Jum’at — rahimakumullah
Jika Islam mengajarkan untuk kasih sayang maka sebaliknya Islam melarang keras dari sifat ekstrem, berlebih-lebihan, dan melampaui batas, seperti aksi-aksi anarkisme, terorisme, penjarahan, tawuran, dan pengrusakan tanpa aturan, yang jsutru menodai keindahan agama Islam dan menghalangi manusia dari memeluk agama-Nya.
Banyak sekali dalil-dalil dari al-Qur’an dan hadits yang mencela perbuatan ini, di antaranya:
1. Dalil-dalil yang secara jelas mencela sikap ghuluw, seperti firman Allah:
يَـٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَـٰبِ لَا تَغْلُوا۟ فِى دِينِكُم
“Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu“. (QS an-Nisaa’ [4]: 171)Ayat ini, sekalipun ditujukan kepada ahli kitab, maksudnya adalah untuk memberikan peringatan kepada umat ini agar menjauhi sebab-sebab yang mengantarkan murka Allah kepada umat-umat sebelumnya.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ
“Wahai sekalian manusia, waspadalah
kalian dari sikap berlebih-lebihan dalam agama karena sikap
berlebih-lebihan dalam agama telah membinasakan orang-orang sebelum
kalian.” (HR Nasa’i dengan sanad shahih)
هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ، قَالَهَا ثَلَاثًا
“Celakalah orang-orang yang berlebihan”, beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. (HR Muslim)2. Dalil-dalil tentang kemudahan Islam. Semua kita sepakat bahwa Islam merupakan agama yang mudah dan menganjurkan kemudahan. Banyak sekali dalil-dalil yang mendasari hal ini, di antaranya:
يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu“. (QS al-Baqarah [2]: 185)
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى ٱلدِّينِ مِنْ حَرَجٍۢ ۚ
“Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan”. (QS al-Hajj [22]: 78)
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ
“Sesungguhnya agama ini mudah.” (HR Bukhari)Tatkala Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutus Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘Andu dan Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Andu ke Yaman, beliau berpesan kepada keduanya:
يَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا، وَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا، وَتَطَاوَعَا وَلَا تَخْتَلِفَا
“Hendaknya kalian berdua
mempermudah dan jangan mempersulit, berikanlah kabar gembira dan jangan
membuat lari, saling membantu dan jangan berselisih.” (HR Bukhari-Muslim)3. Dalil-dalil berisi perintah untuk bersikap tengah-tengah antara berlebih-lebihan dan meremehkan. Allah berfirman:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَـٰكُمْ أُمَّةًۭ وَسَطًۭا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًۭا ۗ
“Dan demikian (pula) Kami telah
menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan tengah-tengah agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu“. (QS al-Baqarah [2]: 143)Inilah sifat umat Islam, yaitu tengah-tengah. Oleh karena itu, barangsiapa yang berlebih-lebihan maka dia menyerupai kaum Yahudi dan barangsiapa yang meremehkan maka dia menyerupai kaum Nasrani. Kita memohon kepada Allah dari jalan orang-orang yang terkutuk dan tersesat.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak membolehkan untuk melempar jamarah dengan kerikil besar bahkan menilainya sebagai sikap ghuluw. Beliau juga tidak memperbolehkan kepada Abdullah bin Amru Radhiyallahu ‘Anhu tatkala memfokuskan diri untuk ibadah sehingga melalaikan keluarganya. Demikian juga beliau mengingkari kepada tiga golongan yang ingin puasa terus tanpa berbuka, bangun terus tanpa tidur, dan membujang tidak menikah; beliau mengingkari mereka dan menganjurkan untuk bersikap tengah-tengah seraya mengatakan, “Barangsiapa yang membenci sunnahku maka dia bukan termasuk golonganku.”
Perhatikanlah wahai saudaraku, kalau Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saja tidak membolehkan sikap berlebih-lebihan dalam ibadah dan zuhud, lantas bagaimana kiranya dengan orang-orang yang berlebih-lebihan dalam mengafirkan kaum muslimin, menghalalkan darah, harta, dan kehormatan mereka, melakukan aksi terorisme, anarkisme, tawuran, dan pengrusakan?! Pikirkanlah!!
Dengan sedikit penjelasan tadi, kita dapat mengetahui bahwa Islam adalah agama yang indah, bukan seperti yang dituduhkan dalam film Amerika Innocence of Muslims yang menggambarkan bahwa Islam dan agama yang ekstrem dan anarkis, demikian juga Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suka membunuh dan membuat kerusakan. Sungguh, semua itu adalah kedustaan nyata yang bertentangan dengan fakta. Maka wajib bagi kita semua untuk intropeksi dan meningkatkan usaha kita untuk mengamalkan syari’at Islam dan mendakwahkannya, bukan malah terpancing oleh provokasi mereka sehingga malah melakukan tindakan-tindakan anarkis yang bertentangan dengan Islam dan justru mencoreng keindahan agama Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar